Pergantian Mengejutkan, Kepala Intelijen Militer AS Dicopot dari Kursi Jabatan
Pergantian Mengejutkan, Kepala Intelijen Militer AS Dicopot dari Kursi Jabatan
Washington, AS – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin secara mengejutkan mencopot Kepala Badan Intelijen Militer (Defense Intelligence Agency/DIA), Letnan Jenderal Scott Berrier, dari jabatannya. Keputusan ini diumumkan pada Sabtu (23/8/2025) dan langsung menimbulkan spekulasi luas terkait kondisi internal Pentagon.
Menurut keterangan resmi Departemen Pertahanan, pencopotan tersebut merupakan bagian dari “evaluasi menyeluruh atas efektivitas organisasi intelijen militer dalam menghadapi tantangan global.” Namun, sejumlah sumber di Washington menyebutkan bahwa keputusan ini tak lepas dari kritik terhadap kinerja intelijen dalam membaca dinamika konflik global, termasuk di Ukraina, Timur Tengah, serta ketegangan di kawasan Indo-Pasifik.
“Departemen Pertahanan terus berkomitmen memperkuat kapasitas intelijen yang adaptif, akurat, dan mampu menjawab kebutuhan geopolitik saat ini. Pergantian kepemimpinan adalah langkah penting dalam proses tersebut,” ujar Menhan Austin dalam pernyataan tertulisnya.
Sorotan atas Kinerja DIA
Scott Berrier, yang menjabat sejak 2020, sebelumnya dikritik karena dianggap gagal memberikan analisis akurat terhadap perkembangan konflik Rusia–Ukraina serta peran China dalam geopolitik global. Beberapa anggota Kongres bahkan menilai laporan intelijen yang disampaikan DIA terlalu konservatif dan sering tertinggal dibandingkan dengan data lapangan.
Selain itu, isu keterlambatan dalam mengantisipasi serangan drone dan rudal yang kian marak di Timur Tengah juga menambah tekanan terhadap kepemimpinan Berrier.
Pengganti Sementara
Pentagon menunjuk Wakil Direktur DIA, Mayor Jenderal Michelle Barrett, sebagai pelaksana tugas hingga pengganti permanen ditetapkan oleh Presiden Joe Biden dan disetujui oleh Senat. Penunjukan Barrett ini disebut sebagai sinyal adanya perombakan lebih luas dalam tubuh intelijen militer AS.
“Pemimpin baru harus mampu menjawab tuntutan zaman, mulai dari ancaman siber, kecerdasan buatan dalam peperangan, hingga rivalitas strategis dengan China dan Rusia,” kata seorang pejabat senior Pentagon yang enggan disebutkan namanya.
Dampak Politik
Pergantian mendadak ini memicu perdebatan di kalangan politikus Washington. Pihak oposisi menuding langkah Austin hanyalah upaya meredam kritik atas kegagalan strategi AS di sejumlah kawasan konflik. Sementara kubu Demokrat menyebut langkah ini sebagai bagian dari penyegaran institusi agar lebih siap menghadapi ancaman global yang semakin kompleks.
Hingga kini, Letnan Jenderal Berrier belum memberikan komentar resmi terkait pencopotannya. Namun, sejumlah analis menilai keputusan ini bisa menjadi awal dari restrukturisasi besar di tubuh intelijen Amerika Serikat.