Jumlah Penyedia Internet di Indonesia Membengkak, Persaingan Tarif Makin Sengit - Seputaran Palembang Online

Friday, 22 August 2025

Jumlah Penyedia Internet di Indonesia Membengkak, Persaingan Tarif Makin Sengit

 Jumlah Penyedia Internet di Indonesia Membengkak, Persaingan Tarif Makin Sengit



Jumlah Penyedia Internet di Indonesia Membengkak, Persaingan Tarif Makin Sengit

Jakarta – Industri penyedia layanan internet di Indonesia tengah memasuki fase baru. Ledakan jumlah operator internet, baik skala besar maupun kecil, memunculkan dinamika persaingan yang semakin tajam. Lonjakan ini diperkirakan akan memicu perang harga di pasar yang kian padat.

Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjukkan jumlah penyedia layanan internet (ISP) resmi yang beroperasi di Indonesia kini mencapai lebih dari 1.000 perusahaan. Angka tersebut meningkat signifikan dibandingkan lima tahun lalu yang hanya berkisar ratusan.

Fenomena ini dipicu oleh kebutuhan internet masyarakat yang terus meningkat, terutama sejak pandemi COVID-19. Digitalisasi di berbagai sektor, mulai dari pendidikan, perbankan, hingga UMKM, telah mendorong munculnya penyedia baru yang ingin merebut ceruk pasar.

Pemain Baru Menekan Operator Lama

Kehadiran banyak pemain baru dengan skema bisnis lebih fleksibel membuat operator lama harus bekerja keras mempertahankan pelanggan. Tidak sedikit penyedia internet kecil hadir di daerah-daerah dengan menawarkan harga lebih murah dibandingkan penyedia besar.

"Persaingan ini sehat, tapi juga berpotensi tidak terkendali. Banyak ISP berani banting harga demi menarik konsumen, bahkan sampai di bawah biaya operasional," kata pengamat telekomunikasi Heru Sutanto, Jumat (22/8/2025).

Menurutnya, praktik perang harga yang terlalu ekstrem justru bisa menimbulkan masalah baru, seperti turunnya kualitas layanan akibat perusahaan tidak mampu menjaga investasi infrastruktur.

Tantangan Infrastruktur dan Kualitas

Meski jumlah pemain terus bertambah, kualitas jaringan masih menjadi pekerjaan rumah besar. Banyak penyedia hanya mengandalkan reseller bandwidth tanpa investasi infrastruktur yang memadai. Hal ini berpotensi membuat kualitas layanan tidak stabil.

Di sisi lain, pemain besar seperti Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Biznet masih mendominasi pangsa pasar nasional. Namun, mereka juga ikut tertekan oleh maraknya ISP kecil di daerah yang menargetkan konsumen dengan paket murah.

"Kalau tidak hati-hati, perang harga bisa membuat pasar tidak sehat. Konsumen mungkin senang dengan tarif murah, tapi kualitas internet bisa menurun," ujar Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi.

Regulasi dan Pengawasan

Kondisi ini mendorong pemerintah melalui Kominfo untuk memperketat regulasi sekaligus melakukan pengawasan terhadap tarif dan kualitas layanan. Pemerintah menekankan bahwa persaingan harus dilakukan secara sehat, bukan hanya mengandalkan strategi banting harga.

"Kami terus memantau kualitas layanan dan memastikan penyedia memenuhi standar minimal. Jangan sampai masyarakat dirugikan," ujar Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Dirjen PPI) Kominfo, Wayan Toni Supriyanto.

Kominfo juga membuka ruang konsolidasi, yakni mendorong penyedia kecil untuk bergabung atau bekerja sama agar bisa lebih efisien dalam bersaing.

Prospek Pasar Internet

Meski diwarnai tantangan, potensi pasar internet Indonesia tetap besar. Dengan jumlah pengguna internet yang telah mencapai lebih dari 220 juta orang pada 2025, peluang bisnis masih terbuka luas.

Namun, agar kompetisi tetap sehat, para pelaku industri diimbau untuk menjaga keseimbangan antara harga dan kualitas layanan.

"Internet kini sudah menjadi kebutuhan pokok, bukan lagi barang mewah. Karena itu, persaingan sehat sangat penting agar masyarakat bisa mendapatkan akses yang cepat, stabil, dan terjangkau," tutup Heru Sutadi.



Comments


EmoticonEmoticon