Impor Minyak Rusia ke India Kian Mengalir Meski Ada Tarif Trump
India Tak Gubris Tarif Trump, Impor Minyak Rusia Melesat Tajam
New Delhi/Washington – Kebijakan tarif tambahan 25 persen yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap impor minyak Rusia ternyata tidak berpengaruh pada India. Justru sebaliknya, impor minyak India dari Rusia terus melonjak signifikan dan kini memicu kemarahan Washington.
Dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (23/8/2025), perusahaan energi raksasa Reliance Industries Limited (RIL) milik orang terkaya Asia, Mukesh Ambani, kini menjadi importir minyak mentah Rusia terbesar di India.
Reliance Dominasi Impor Minyak Rusia
Menurut data Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), pada 2021 minyak Rusia hanya menyumbang 3 persen dari total impor RIL. Namun sejak pecahnya perang di Ukraina, angka itu melonjak drastis hingga rata-rata 50 persen pada 2025.
Dalam tujuh bulan pertama tahun ini, RIL telah mengimpor 18,3 juta ton minyak Rusia senilai 8,7 miliar dolar AS, atau naik 64 persen dibanding periode sama tahun lalu.
Selain Reliance, perusahaan Nayara Energy – yang sebagian besar sahamnya dimiliki perusahaan Rusia termasuk Rosneft – juga menjadi pemain besar. Pada 2025, tercatat 66 persen pasokan minyak Nayara berasal dari Rusia.
Manfaatkan Harga Murah
Analis CREA, Vaibhav Raghunandan, menilai lonjakan impor minyak Rusia oleh India tak lepas dari kebijakan pembatasan harga minyak Rusia yang diberlakukan sejak Februari 2023.
“Tujuan awalnya untuk membatasi pendapatan Rusia sekaligus menjaga pasokan global. Namun, India justru memanfaatkan harga murah untuk memperbesar impor,” jelas Raghunandan.
Produk Olahan Tetap Mengalir ke Barat
Yang menarik, meski AS memberlakukan tarif tinggi, produk olahan minyak dari kilang RIL di Jamnagar tetap mengalir deras ke pasar global, termasuk ke negara-negara Barat yang justru menjatuhkan sanksi pada Rusia.
Sejak Februari 2023, kilang Jamnagar telah mengekspor produk senilai 85,9 miliar dolar AS, dengan 42 persen di antaranya menuju negara-negara Barat yang secara resmi memberi sanksi kepada Moskow.
Kebijakan Trump Dinilai Bermuatan Politik
Menurut pengamat perdagangan dari Global Trade Research Initiative, Ajay Srivastava, langkah Trump memberlakukan tarif tinggi lebih bersifat politik ketimbang ekonomi.
“Kebijakan tarif ini hanyalah tipuan politik. AS tidak berani menekan Tiongkok yang merupakan importir minyak Rusia terbesar. India hanya dijadikan sasaran untuk kepentingan dagang Trump,” tegas Srivastava.
Tantangan ke Depan
Meski saat ini India diuntungkan dengan pasokan murah dari Rusia, potensi hambatan tetap membayangi. Jika Uni Eropa benar-benar menerapkan larangan impor produk olahan minyak Rusia mulai Januari 2026, maka strategi ekspor Reliance bisa terganggu.
Namun demikian, kontrak jangka panjang antara Reliance dengan Rosneft diperkirakan akan membuat situasi semakin kompleks dan berpotensi menimbulkan gesekan baru dalam peta perdagangan energi global.